Soal Dan Jawaban Matakuliah Inovasi Pendidikan
Soal Inovasi Pendidikan. Berikut mediailmu22 akan share soal dan jawaban matakuliah inovasi pendidikan, silahkan gunakan dengan menjawabnya secara parafrase dan tidak diplagiasi agar anda mendapatkan nilai yang memuaskan.
Soal Mata Kuliah Inovasi Pendidikan
1. Berbagai macam model inovasi yang
dapat diterapkan dalam pendidikan:
a. Model inovasi apa yang paling tepat jika
saudara ingin melaksanakannya di sekolah !
b. Mengapa dikatakan tepat atau baik, berikan
alasan
!
c. Buat petunjuk/penjelasan yang saudara anggap baik
untuk menerapkan Inovasi tersebut !
2. a. Apa ciri-ciri inovasi dan apa yang diharapkan dari adanya
suatu perubahan dalam inovasi pendidikan
!
b.Sebtukan dan jelaskan apa saja tahap perubahan
prilaku baik secara individu maupun berencana dalam suatu inovasi pendidikan !
3. Mengapa penerapan inovasi dalam suatu sekolah sering
mengalami kegagalan
! Berikan alasannya dan
berikan suatu kasus serta bagaimana cara mengatasinya !
4. Konsekwensi inovasi merupakan perubahan yang terjadi
dalam sistem sosial sebagai hasil dari perubahan atau penolakan suatu inovasi.
Jelaskan dan berikan contoh yang jelas serta sebutkan konsekwensinya baik langsung ataupun tidak langsung
5. Terdapat empat agen pembaharu dalam suatu inovasi pendidikan di
sekolah, coba jelaskan ciri-cirinya dan berikan contoh masing-masing !
6. Jelaskan tugas Individu Inovasi Pendidikan, apa Perencanaan,
Implementasi dan Evaluasi Inovasi di sekolah sudah dianggap berhasil, apa faktor pendukung, penghambat dalam melaksanakan inovasi Pendidikan, dan
bagaimana solusinya !
Jawaban Mata Kuliah Inovasi Pendidikan
1. a. Menurut Tjipto Subadi (2012 : 2) ada dua model
inovasi yang dapat diterapkan dalam
pendidikan
diantarnya :
· Model “top-down model” yaitu inovasi
pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan/atasan yang
diterapkan kepada bawahan; seperti halnya inovasi pendidikan yang dilakukan oleh Departemen
Pendidikan Nasinal selama ini
· Model “bottom-up model” yaitu model inovasi yang
bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk
meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan
Dari kedua model inovasi
diatas menurut saya yang paling tepat dilaksanakan di sekolah yaitu model “bottom-up model”.
b. Model “bottom-up model” sangat tepat dilaksanakan di sekolah karena model
inovasi ini berdasarkan kepada pemikiran, ide, kreasi dan
insfirasi dari sekolah, guru atau masyarakat. Model ini sejalan dengan semangat
desentralisasi saat ini yang cenderung menginginkan
kebebasan dalam berinovasi.
c. Petunjuk penerapan inovasi :
Berikut adalah petunjuk penerapan inovasi
untuk menerapkan inovasi
1. Buatlah
rumusan yang jelas tentang inovasi yang akan diterapkan.
2.
Gunakan metode atau cara yang memberi
kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam usaha merubah pribadi maupun
sekolah.
3.
Gunakan berbagai macam alternatif pilihan
(option) untuk mempermudah penerapan inovasi.
4.
Gunakan data atau informasi yang sudah ada
untuk bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan dan penerapan inovasi.
5.
Gunakan tambahan data untuk mempermudah
fasilitas terjadinya penerapan inovasi.
6.
Gunakan kemanfaatan dari pengalaman sekolah atau
lembaga yang lain.
7.
Berbuatlah secara positif untuk mendapatkan
kepercayaan
8.
Menerima tanggungjawab pribadi.
9.
Usahakan adanya pengorganisasian kegiatan yang
memungkinkan terjadinya kepemimpinan yang efektif.
10. Mencari
jawaban atas beberapa pertanyaan dasar tentang inovasi di sekolah
Referensi :
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-ODES/INOVASI_PENDIDIKAN/Inovasi_Pendidikan.pdf ( Didownload : 2 Januari 2022 )
2.
a. Ciri
Inovasi :
Ciri-ciri / karakteristik innovasi menurut Everet M. Rogers (1993:14-16) dalam U.S
Sa’ud (2010:21-22):
-
Keuntungan Relatif. Sejauh mana innovasi
dianggap menguntungkan bagi penerimanya.
-
Kompatibel (Compatibility). Yaitu tingkat
kesesuaian innovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu dan kebutuhan dari
penerimanya.
-
Kompleksitas (Complexity). Yaitu tingkat
kesukaran untuk memahami dan menggunakan innovasi bagi penerima.
-
Triabilitas (Triability). Yaitu dapat diuji
coba atau tidaknya suatu innovasi oleh penerima.
-
Dapat diamati (Observability). Yaitu mudah tidaknya
diamati suatu hasil innovasi.
Tujuan Inovasi
Pendidikan
Menurut Dadang dan Enas, (2019 : 20) tujuan dari inovasi pendidikan adalah meningkatnya
efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas sarana serta jumlah peserta
didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut
kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat dan pembangungan) dengan
menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang
sekecil-kecilnya.
b. Tahap-tahap perubahan perilaku dalam innovasi pendidikan menurut Roger
dalam U.S Sa’ud (2010:36-41) :
· Tahap Pengetahuan
(Knowledge). Yaitu tahap pada saat seseorang
menyadari adanya suatu innovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi innovasi
tersebut.
· Tahap Bujukan
(Persuation). Dalam tahap ini bidang
afektif/perasaan lebih memegang peranan. Seseorang tidak akan menyenangi
innovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang innovasi tersebut. Hasil dari tahap
ini adalah penentuan menyenangi atau tidak menyenangi innovasi.
· Tahap Keputusan
(Decision). Tahap ini berlangsung jika seseorang
melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak
innovasi.
· Tahap Implementasi
(Implementation). Tahap ini terjadi apabila seseorang
menerima innovasi, sampai innovasi tersebut melembaga atau sudah menjadi
hal-hal yang bersifat rutin.
· Tahap Konfirmasi
(Confirmation). Dalam tahap ini, seseorang mencari
penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik
kembali keputusannya jika memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan
informasi semula.
3.
Menurut Subandiyah Dalam
Tcipto (2012 : 6) terdapat beberapa kendala yang mempengaruhi
keberhasilan usaha inovasi pendidikan antara lain adalah :
a.
perkiraan yang tidak
tepat terhadap inovasi
b.
konflik dan motivasi yang
kurang sehat
c.
lemahnya
berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi
yang dihasilkan
d.
keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi
e.
penolakan dari sekelompok
tertentu atas hasil inovasi
f.
kurang adanya hubungan
sosial dan publikasi
Contoh kasus
adalah penolakan akan adanya Full Day
School (FDS) dimana orang tua merasa anak akan kekurangan jam berinteraksi
dengan keluarga, dan tidak akan ada lagi waktu untuk mengaji di masjid sekitar
tempat tinggalnya.
Salah satu solusi untuk menghindari
masalah-masalah tersebut di atas, dan agar mau berubah terutama sikap dan
perilaku terhadap perubahan pendidikan yang sedang dan akan dikembangkan,
sehinga perubahan dan pembaharuan itu diharapkan dapat berhasil dengan baik,
maka guru, administrator, orang tua siswa, dan masyarakat umumnya harus
dilibatkan dalam kegiatan inovasi baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam mengambil keputusan awal dan teknis
pelaksanaan Full Day School (FDS). Dan atau diselenggarakan kegiatan-kegiatan di
sekolah yang bisa mengakomodir keinginan orang tua seperti kegitan mengaji di
sekolah.
Referensi :
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/INOVASI_PENDIDIKAN/Inovasi_Pendidikan.pdf
(Didownload : 2 Januari 2022)
4.
Konsekuensi dari
inovasi dalam sistem sosial adalah diterima atau ditolaknya inovasi oleh
individu sebagai bagian dari sistem sosial tersebut, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial, yang
menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan
paksaan (kekuasaan).
Proses
penerimaan itu melibatkan hubungan antar individu dalam sistem sosial, maka jelaslah bahwa individu akan terpengaruh oleh
sistem sosial dalam menghadapi suatu inovasi. Berbeda sistem sosial akan
berbeda pula proses difusi inovasi, walaupun mungkin dikenalkan dan diberi
fasilitas dengan cara dan perlengkapan yang sama.
Contohnya adalah kepala
dinas pendidikan kabupaten Ciamis memutuskan bahwa setiap tanggal 14 semua Pegawai
Negeri Sipil harus memakai seragam pramuka. Maka semua Pegawai Negeri Sipil sebagai
anggota sistem sosial di lingkungan dinas pendidikan kabupaten Ciamis harus
melaksanakan apa yang telah diputuskan.
Pengaruh
pelaksanaaan critical mass terhadap
inovasi :
Critical mass
adalah jumlah khalayak yang bisa mengadopsi suatu inovasi pada suatu sistem
sosial sehingga tingkat adopsi tersebut dapat menunjang keberhasilan suatu
inovasi.
Adanya critical mass dapat menunjang
keberhasilan inovasi. Apabila inovasi didifusikan dan disepakati sebagai
inovasi yang tepat guna dan dapat dimanfaatkan dengan baik, masyarakat dapat
dengan mudah mengadopsinya, namun apabila inovasi dinilai banyak kekurangan,
maka pada tahap critical mass hasil inovasi tidak dapat diterima dan menuntut
suatu pembaharuan yang lebih baru dari sebelumnya.
Referensi
:
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-ODES/INOVASI_PENDIDIKAN/Inovasi_Pendidikan.pdf (Didownload : 2 Januari 2022 )
5.
Hovelock dalam Enas
Dan Dadang (2019 : 20) mengemukakan
bahwa agen pembaharu sebagai “the
principal actors in any organization effort, change agents play many roles,
including leaders, facilitators, negotiators and advisors”
Lembaga pendidikan membutuhkan agen-agen perubahan yang dapat mendorong
perubahan (drive to change), bukannya dipimpin oleh perubahan (lead by change),
atau menolak perubahan (resist to change). Agen perubahan yang dibutuhkan
adalah agen perubahan yang memiliki pengetahuan tentang perubahan serta
pengetahuan terhadap aspek dasar perubahan sebagai sesuatu yang kritis bagi
proses perencanaan, kepemimpinan, pengelolaan, dan evaluasi perubahan..
Terdapat empat agen pembaharu di sekolah diantanya
adalah :
a.
Kepala Sekolah
b.
Guru
c.
Pengawas
d.
Dinas Pendidikan
Referensi : https://keindahanmatematika.wordpress.com/2014/01/27/agen-pembaharu/
(Didownload 2 Januari 2022)
Smither
dalam Enas Dan Dadang (2019 : 20) mengatakan,
baik secara internal maupun eksternal, seorang agen pembaharu harus memiliki 4
karakteristik, yaitu:
1) memiliki
ketrampilan komunikasi interpersonal (interpersonal communication skills),
2) memiliki
kapabilitas pemecahan masalah (theory based problem solving capability),
3) memiliki
kemampuan edukasional (educational skills), dan
4) memiliki
kesadaran diri sendiri (self awareness).
6. Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi Inovasi di sekolah
Dalam tugas individu Inovasi
pendidikan kami memaparkan tentang inovasi pendidikan Baca Tulis Al’Quran (BTQ) di SMP Negeri 6 Ciamis. Adapaun
perencanaan, implementasi dan evaluasi di sekolah dianggap sudah berhasil ini
bisa dilihat dari proses perencanaan diamana sudah terbentuknya pengurus yang
bertugas pada pelaksanaan program tersebut. Dalam hal implementasi program juga
dianggap berhasil karena terlaksananya program BTQ tersebut sudah lebih dari 3
tahun dan diterbitkannya sertfikat keikut sertaan pada kegiatan tersebut.. Dan
juga dilaksanakannya evaluasi secara periodik serta pelaporan kegiatan tersebut
pada kegiatan rapat dewan guru.
Faktor Pendukung Inovasi Pendidikan BTQ
·
Tersedianya guru PAI 2 orang yang mumpuni
·
Sudah terjalin kerjasama dengan pesantren di sekitar
lingkungan sekolah
·
Terdapatnya ustad-ustad yang mau bekerjasama
·
Komite sekolah dan orang tua murid yang mendukung
penuh
Faktor Penghambat Inovasi Pendidikan BTQ
·
Pendanaan yang tidak memungkinkan dari dana BOS 100 %
karena menggunakan ustad dari luar sekolah.
·
Covid-19 yang menghambat pelaksanaan kegiatan BTQ
·
Antusiasme dari sebagian kecil siswa yang dirasa masih
kurang.
Solusi atas Hambatan Pelaksanaan Inovasi Pendidikan
BTQ
·
Dilakukan penarikan infak dari pihak orang tua siswa melalui
komite sekolah
·
Dilakukan kegiatan BTQ secara daring
·
Dicetak buku monitoring kegiatan siswa pada program
BTQ
.
REFERENSI
Sa'Ud, Udin Syaefudin. 2010. Inovasi Pendidikan. Bandung : Alfabetha
Enas Dan Dadang Suhandar. 2019. Manajemen
Dan Inovasi Pendidikan. Yogyakarta : Penerbit Ombak
Tjipto, Subadi. 2012. Inovasi Pendidikan. Surakarta : BF-FKIP UMS
https://keindahanmatematika.wordpress.com/2014/01/27/agen-pembaharu/ (Didownload : 2 Januari 2022 )
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-ODES/INOVASI_PENDIDIKAN/Inovasi_Pendidikan.pdf (Didownload
: 2 Januari 2022 )
Belum ada Komentar untuk "Soal Dan Jawaban Matakuliah Inovasi Pendidikan"
Posting Komentar